Sabtu, 06 Oktober 2012

Novel Kehidupan II

Akhir Cerita Dipantai Tolinggula

Cerita Cinta  Tagged No Comments »
tolinggulaMinggu pagi, angin berhembus, riak gelombang menerpa karang, barisan ikan teri berenang diantara buih yang memutih? Sang surya naik setengah tiang, mulai menghangatkan tubuh sang pelaut yang kembali kedaratan sambil membawa hasil tangkapan mereka? Diujung pantai, disisi tanjung deretan batu menghias panorama laut nan indah. Disitulah duduk seorang lelaki muda sambil sesekali melemparkan batu kecil ketengah laut, untuk mengusir kejenuhannya. Dialah Mario, pemuda desa yang kecewa karena cintanya ditolak. Dari kejauhan sana yang rimbun dengan pepohonan, Raysah muncul dengan langkah setengah berlari, menghampiri Mario yang sejak tadi menunggu kedatangannya.
” Rio, kamu sudah lama menunggu ya?” Tanya Raysah yang begitu sampai langsung duduk disamping Mariio.
“Hhhmmmmm…..” Terdengar Mario melepaskan nafas beratnya.
“Aku sudah hampir dia jam disini” Jawab Mario yang kemudian berdiri sejenak kemudian melangkah kebebatuan yang tersusun rapi yang menyentuh perbukitan, kemudian berbalik dan menatap lautan luas dan biru airnya. Raysah hanya mengikutinya dengan pandangan mata. Sejurus kemudian, dia kembali dan duduk disamping Raysah. Tak ada lagi kata yang keluar, dia hanya terus menatap riak gelombang dan barisan ikan teri diantara buih dan air dangkal. Sesaat deburan ombak menghantam batu tempat duduk mereka, namun Mario tak bergeming sedikitpun. Entah apa yang ada dalam fikiran Mario, dia hanya diam membisu.
“Sayang…” Terdengar suara Raysah menegurnya dengan halus, seolah berbisik, suaranya terdengar diantara suara deburan ombak menghantam pantai dan bebatuan.
“Maafin aku ya, aku membuatmu menunggu lama” kata Raysah yang kemudian memeluk Mario.
“Rio, aku takut kehilangan kamu” Bisik Raysah
“Tapi kamu tidak boleh berharap banyak kepadaku Raysah, kamu sudah dijodohkan, kamu harus sadar itu betapa tak direstuinya aku oleh orang tuamu” Kata Mario, hatinya pedih.
Terbayangkan olehnya, bagaimana kedua orang tua Raysah menghina dan mengusirnya. Orang tua Raysah tak pernah merestui hubungan mereka, dengan dalih mereka dari kalangan terhormat sementara Matio keturunan rakyat biasa. Raysah telah dijodohkan dengan Ferry, anak seorang saudagar kaya raya ditanah Tomilito. Hanya karena status sosial, mereka telah meremehkan orang lain sehingga hati mereka telah dibutakan harta.
“Memang benar aku telah dijodohkan, tapi aku tak bisa meninggalkanmu, karena hanya kamu yang aku cintai Mario” Kata Raysah seakan meyakinkan Mario.
“Tapi kamu tidak melawannya Raysah, kamu hanya diam, seolah kamu tak tahu bicara sama sekali” Kata Mario yang sedikit tempramen.
“Karena aku tak sanggup melawan kehendak orang tuaku” Kata Raysah yang kemudian menangis.
“Aku mencintai kamu Mario” Kata Raysah kemudian memeluk erat tubuh Mario. Mario pun memeluknya. Sesaat mereka berpelukan, menangis akan nasib cinta mereka.
“Kamu jangan menagis Raysah” Kata Mario menenangkannya
“Itulah kenapa aku memintamu menungguku disini, karena aku pikir kita bisa bicara baik-baik disini” Kata Raysah yang masih menangis. Mario menatap wajahnya kemudian menyapu air mata Raysah yang membasahi pipinya.
“Iya, aku pun demikian” Kata Mario sambil menatap mata Raysah dengan tajam.
“Disinilah awal kita berjanji akan selalu mencintai, disinilah hati kita terpatri, disinilah segala keindahan kita ciptakan” Kata Mario yang kemudian terdiam sejenak, Raysah memandan wajah Mario sambil menunggu apa yang dikatan selanjutnya.
“Karena Tempat inilah yang menjadi saksi tempat kita mengikat janji, maka disini pula kita…..” Ucapan Mario terhenti. Seolah tenggorokannya sakit ketika hendak melanjutkan kata-katanya.Raysah kemudian berpindah tempat kemudian memandangnya dengan pandangan tak berkedip. Dia seolah mencari sesuatu dimata Mario.
“Teruskan kata-katamu tadi Mario” Pinta Raysah.
“Disini pula kita harus mengakhirinya, Raysah” Kata Mario yang kemudian menundukkan pandangannya. Sebenarnya dia tak sanggup mengungkapkannya pada Raysah, namun keadaan mereka yang memaksanya untuk mengatakannya. Rasa hancur seketika dihati Raysah, mendengarkan ucapan Mario, yang berarti telah mengakhiri hubungan mereka.
“Apa..?” Tanya Raysah kaget. Hatinya semakin bergemuruh, seakan jantungnya terhenti berdetak. Dia hanya bisa menganga, namun tak bisa berbuat apa-apa. Karena apa yang dilakukan Mario adalah benar.
Hati keduanya berkecamuk, tak ada lagi kata-kata yang mereka keluarkan selain diam membisu. Linangan airmata terus mengalir namun tak ada suara suara tangisan. Mereka larut dalam tangisa hati mereka, hanya suara deburan ombak yang terdengar. Mereka larut dalam kebisuan. Hening jiwa dalam kegalauan, seolah meronta namun tak kuasa. Kepada siapa mereka saling menyalahkan akan retaknya cinta mereka, yang terjalin hampir setahun.
“Kamu tak perlu pikirkan aku Raysah” Kata Mario yang memecahkan kebisuan mereka. Raysah kemudian bergerak dan menatpanya dengan tatapan tajam.
“Kamu harus mampu melupakan aku” Kata Mario kemudian membalas tatapan mata Raysah, seolah memberi pesan bahwa ini serius. Raysah kembali terdengar isak tangisnya.
“Karena hari ini, adalah hari terakhir cerita kita, cerita Mario dan Raysah” Kata Mario sambil menghapus air matanya.
“Aku banyak dosa padamu Mario” Kata Raysah dengar suara yang sulite terdengarkan.
“Aku sudah maafkan kamu, jangan fikirkan aku, karena sebentar lagi kamu akan bahagia” Kata Mario yang saat langsung mengguncang jiwa Raysah, seolah telah merontokkan dinding hatinya.
Dalam hati, Raysah berfikir apa yang dilakukannya untuk Mario saat ini. Mario begitu tulus mencintainya. Tak ada luka sedikitpun yang ia toreh dari mario. Dan hanya karena perjodahan telah memisahkan cinta mereka. Jiwanya terus melayang, fikirannya melambung keangkasa, kemudian tertuju lagi pada Mario.
“Mario, kita kebalik batu itu, ayo..!” Kata Raysah yang kemudian menarik tangan Mario, dan beranjak ketempat yang dituju Raysah. Mario hanya menuruti apa yang dilakukan Raysah, terus mengikutinya kearah bebatuan disisi pantai itu. Bebaruan yang tersusun rapi, berbentuk sebuah goa, didalamnya seperti tersedia tempat tidur yang terbuat dari baru, buatan orang-orang terdahulu. Sesekali terdengar suara titik air berjatuhan dari langit-langit goa. Hawa dingin penuh keteduhan didalamnya, sunyi tak ada suara mahluk lain kecuali suara mereka yang terdengar. Mario terus mengikuti apa yang dilalui Raysah meski kebingungan mulai menguasai fikirannya. Ketika berada dirongga batu berbentuk goa itu, mereka terhenti.
“Kenapa kita kesini Raysah?” Tanya Mario kebingungan
“Aku tunjukan sesuatu padamu, kuharap kamu memenuhinya” Kata Raysah dengan nada pelan namun menunjukkan keseriusan.
“Maksud kamu?” Tanya Mario dalam kebingungan.
“Kenapa kita harus kesini?” Tanya Mario lagi yang masih belum mengerti juga.
“Ssssttttt…..” Raysah menutup bibir Mario dengan dua jari tangannya.
“Lalu untuk apa kita kesini?” Tanya Mario semakin bingung.
Dalam kebingungannya, dia menatap Raysah yang kini bertingkah aneh, memperhatikan apa yang dilakukannya.
Seketika Mario kaget,jantungnya berdebar cepat, matanya melotot menatap Raysah. Gila, apa yang dilakukan Raysah itu, dia melepaskan pakainnya satu persatu. Hingga yang tersisa hanyalah pakaian dalamnya saja.
“Astagfirullah…apa yang kamu lakukan Raysah? Kata Mario kemudian berpaling karena telah melihat aurat bukan istrinya. Sesaat kemudian Raysah memeluk Mario dari belakang.
“Mario, aku serahkan kesucianku kepadamu sebagai bukti cinta kita” Kata Raysah membujuk.
“Tidak! Jawab Mario dengan tegas. “Kamu tidak perlu lakukan itu, jangan bodoh kamu Raysah!” Kata Mario lagi, yang kemudian melepaskan pelukan Raysah.
“Kamu harus memgambilnya….” belum sempat melanjutkan kata-katanya Mario membentaknya.
“Tidak!” Kata Mario dengan nada keras.
“Kenapa Mario?” Tanya Raysah yang sedikit emosi. “Apa kamu tidak punya nafsu untuk melakukannya, atau sebenarnya kamu banci?” Kemarahan Raysah membludak. Mario hanya diam dan membiarkan Raysah dalam kemarahannya.
“Banci kamu Mario, ternyata kejantananmu tak ada” Kata-kata Raysah membuat Mario marah, seolah-olah dia meremehkannya. Hampir saja dia menampar wajah Raysah karena kata-kata yang dilontarkan itu. Ditundukkannya pandangannya sambil beristigfar memohon ampunan Allah yang Maha Penirima Tobat.
Raysah menangis karena tidak mampu membujuk Mario, yang tetap begitu tegu dengan imannya. Rasa marah dan kecewa bercampur malu dihadapan Marrio seolah tak terhindarkan. Raysah berteriak meronta, berteriak kemudian memngenakan pakaiannya kembali, sementara Mario pergi meninggalkannya didalam goa itu. Sesekali kata-kata banci, banci, dan banci itu keluar dari mulutnya namun Mario tak lagi mempedulikannya. Mario keluar dari goa itu, sementara Raysah mengikutinya dari belakang. Sesaat terdiam ketika memandang lautan yang biru warnanya.
“Ternya kamu tak pernah mencintai aku Mario” Kata Raysah yang seolah memecah lamunan Mario yang ketika itu berada diluar goa.
“Raysah, tahukah kamu, kenapa aku tak mau?” Kata Mario dengan nada pelan.
“Karena kamu tak punya nafsu Mario” jawab Raysah yang membuat telinganya panas.
“Hentikan hinaanmu itu Raysah, jika aku tak sayang padamu, aku sudah melakukannya” Kata Mario dengan marah
“Dimana harga diri kamu Raysah jika kamu serahkan kesuciaanmu kepada orang yang tidak halal bagimu” Kata Mario dengan suara tinggi dan penuh emosi.
“Tapi aku mau..? Kata Raysah menyela namun terhenti karena Mario memotong pembicaraannya.
“Kamu, harus sadar Raysah, aku bukan orang yang gampangan seperti itu” Kata Mario
“Demi Allah aku membencimu jika kamu memaksa yang bukan halal bagiku” Kata Mario lagi
“Apa kamu tidak berfikir masa depanmu bilamana kurenggut kesucianmu?”
Raysah hany terdiam tanpa kata. Dia menyadari apa yang dikatakan Mario.
*****
Dikejauhan terlihat lima orang lelaki menuju mereka, seketika itu Mario menghawatirkan Raysah, karena yang sebenarnya datang adalah ayah Raysah, Ferry, calon suami Raysah, dan tiga orang bodyguard. Mereka menghampiri keduanya. Sesaat setelah sampai, tanpa suara apapun langsung Dddeessssshhhh…… sebuah bogem mentah Ferry menghantam wajah Mario, hingga Mario terjatuh dan wajahnya berdarah.
“Hei, brengsek..!” Bentak Ferry kepada Matrio. “Kamu jangan berani mengganggu calon istri aku” Kata Ferry dengan wajah merah dan kemudian melayangkan tinju kewajah Ferry.
“Jangan, jangan Ferry… terkutuk kamu” Raysah meronta, kemudian mendekati Mario namun ayahnya keburu menahannya. Raysah meronta dan berteriak. Suara Raysah terdengar oleh nelayan yang ada disekita pantai itu yang kemudian datang berkerumun. Ferry terus menghujani Mario dengan tinju dan tendangannya. Tak ada yang berani membelanya, nelayan-nelayan yang menaksikannya hanya terdiam. Mario sebenarnya mampu membalasnya, tetapi dia tidak mau memperpanjang persoalan, karena dia hanya pasrah pada apa yang terjadi, karena jika Mario melawan imbasnya adalah Ferry tidak segan-segan membunuh keluarganya termasuk Raysah.
“Raysah, pergilah besama calon suamimu, biarkan aku” Kata Mario terbata-bata. Ferry kemudian mengajak Raysah dan ayahnya pergi dari pantai itu.
“Mario…” Terdengar Raysah memanggil, namun ayahnya begitu keras memengangnya dan membawanya kesebuah moboil tak jauh dari tempat mereka.
“Pergilah Raysah…doaku selalu menyertai langkahmu, semoga kamu menjadi istri yang baik” Lirih Mario dalam kesedihannya.
Anak buah Ferry ternyata masih berdiri disitu, kini giliran mereka menghantam Mario. Karena mereka ditugaskan untuk membunuih Mario. Kali ini Mario melawan, dan berhasil melumpuhkan tiga bodyguard itu, bahkan yang satunya tewas terkena jurus maut yang dilayangkan Mario. Karena mendapat perlawanan, mereka memutuskan meninggalkan Mario. Tapi sebelum mereka meninggalkannya, Mario menahan seorang bodyguard itu kemudian berpesan
“Tolong titip salam buat Ferry, jangan sekali-kali dia menyakiti Raysah, jika dia berani, maka aku sendiri yang membuat nyawanya melayang seperti temanmu” Kata Mario kemudian melepaskan mereka.
Pantai Tolinggula yang indah, telah menjadi saksi kisah cinta Mario dan Raysah. Keduanya hanya bisa mengenang disudut hati masing. Hati Mario hancur, jwanya terpukul namun dia mencoba untuk kuat, karena hidup ini belum berakhi.
“Raysaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………!!!!!”
Mario berteriak dengan sekeras-kerasnya? Nelayan yang menjadi saksi kejadian itu, hanya terus diam tanpa kata, karena tak tahu apa yang akan mereka lakukan Kisah mereka berakhir Itulah hari terakhir Mario melihat Raysah, sedih, kecewa, terluka bercampur dalam darahnya? Dia hanya berharap dikemudian hari Allah akan menunjukkan hikmah dibalik kejadian ini.

Hatimu Selingkuh

Cerita Cinta  Tagged No Comments »
ILS_google-image
Hari begitu panas, tenggorokan kering haus pun menyengat. Dahaga mendera tak kenal perasaan. Akankah selalu seperti ini? Hati Adit di liputi gundah gulana, entah apa yang akan terjadi, dalam hatinya resah gelisah pikirannya pun tak menentu, ingatannya hanya tertuju pada Nia yang saat ini mulai terlihat aneh, dan berubah sikap sejak beberapa hari.
Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku..? tanya Adit dalam hatinya yang tengah di liputi resah gelisah. Dalam kegalauan batinnya dia hanya ingat Nia.
Mengapa perasaan aku tak enak hari ini, dan ingatanku tertuju pada Nia, ya Allah apa yang terjadi dengan Nia hari ini, apakah dia baik-baik saja?. Pikir Adit dalam resahnya.
Ya Allah, cobaan apa lagi yang Engkau timpakan kepadaku ini? Apa masih juga Engkau memberi aku tantangan?. Gumam Adit dalam doanya.
Ya Allah, sembah sujudku untukMu, karena cinta yang Engkau pancarkan di hatiku, Engaku masih perhatikan aku lewat cobaan-cobaanMu, tapi aku mohon perlindunganMu, lindungilah aku lindungilah Nia, sungguh aku mencintainya walau aku merasa dia telah berubah akhir-akhir ini. Adit masih larut dalam doanya, namun hatinya tetap resah gelisah.
Hari semakin panas, konsentrasinya makin buyar dan tak lagi fokus dengan pekerjaanya. Padahal kerjanya cukup menyita tenaga dan waktu. Tibalah jam istirahat, dan Adit putuskan untuk menemui Nia di ruang kerjanya. Di tinggalkannya meja kerjanya yang masih berantakan. Sesampainya di ruang kerja Nia, sambutan Nia tak sehangat seperti dulu, Nia makin tampak dingin kalau Adit adalah orang yang mengganggu aktivitasnya. Nia tak melarang Adit masuk, malah mempersilahkannya duduk. Namun, Nia tetap dingin, bicara pun seolah di paksakan, sesekali keluar nada bentakan yang membuat Adit kebingungan sendirian.
Apa yang telah, terjadi pada Nia?. Tanya Adit dalam hati.
Nia, kamu kenapa? Tanya Adit dengan penuh kelembutan dan hati-hati. Adit khawatir kalau suara Adit akan membuatnya tersinggung dan marah.
Tidak kenapa-kenapa…. jawab Nia datar.
Terus kamu kenapa sepertinya ada yang menggangggu pikiranmu akhir-akhir ini? Tanya adit memastikan.
Tidak kenapa-kenapa… lagi-lagi Nia menjawab jawaban yang sama.
Kamu disini dulu, aku keruangan sebelah… Kata Nia lalu berdiri meninggalkan Adit diruang kerjanya.
Hati Adit di liputi tanda tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Nia, dia terlihat berubah akhir-akhir ini, dan seolah tak peduli dengan Adit yang juga sangat mencintainya.
Masih dalam kegalauannya Adit tetap mengendalikan dirinya, dan mencoba merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang ada di runag kerja Nia. Sentak saja Adit kaget, Handphonenya Nia berdering, tanda pesan masuk. Ada keinginan untuk mengetahu apa yang ada di dalam pesan itu. Rasa ragu sempat haidr jangan sampai Nia datang pada saat Adit membuka kotak masuk.
“Say, aku udah berangkat ni kamu baik-baik ya, dan tetaplah ingat aku. Aku akan selalu ingat kamu dimana pun aku ada. Kata sms orang itu.
Dalam sekejap pandangan Adit menjadi gelap demi membaca sms dari seseorang yang tiada lain adalah masa lalunya Nia yang sejak awal masih di rahasiakan Nia siapa namanya. Hati Adit bergemuruh seolah ingin meremas Handphone itu, dan seolah ingin membunuh Nia dan pengirim sms itu jika dia tahu dimana rimbanya. Karena dialah Nia mencampakkan Adit yang begitu tulus mencintainya. Tak hanya berhenti disitu saja, ia coba buka kotak masuk dan di dapatinya benyak sms dari orang sama. Hatinya semakin panas namun tetap berusaha mengendalikan dirinya. Hati Adit hancur demi membaca sms Nia ke orang itu dengan nada penuh harapan seolah mereka masih bisa bersatu kembali dan persetan dengan Adit yang ada di depan mata.
Ia sayaku tahu itu, tapi kamu harus sabar dulu, dan aku gak akan kecewain kamu. Itulah salah satu kata-kata Nia ke orang itu. Darah Adit mendidih, lalu ia letakkan Handphone itu ke tenpat semula dan Adit kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Tak lama Nia masuk, tujuannya mengambil Handphone yang ketinggalan di ruang kerjanya kemudian berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun pada Adit.
Hati Adit semakin sakit dan bergemuruh, ternyata Nia yang selama ini di cintainya menduakan cintanya. Padahal Adit telah menunjukkan kesungguhannya pada Nia, namun Nia telah membalasnya dengan menyakitkan. Sungguh Nia tak punya perasaan sama sekali, pikir Adit. Entah berapa lama Nia diruang sebelah, Adit bangkit dari pembaringannya dan menyusul Nia, tapi Nia malah tetap dingin.
Aku tunggu kamu sejak tadi, tapi kamu masih disini juga, masih sibuk sayang? kata Adit yang saat itu menyembunyikan persaaan sakitnya dan masih berusaha ramah pada Nia.
Iya, aku masih sibuk. Kenapa?. Kata Nia malah seolah bernada sinis.
Cuma nanya doang say…kalau kamu tidak sibuk…aku ingin bicara sama kamu, sebentar saja. Karena setelah ini aku akan pergi. Kata Adit yang masih merendahkan suaranya. Nia tak menjawab, tapi hanya memberi isyarat bahwa Adit harus menunggu sebentar. Adit pun mengerti bahasa isyarat itu. Entah apa yang ada di pikiran Nia, tapi yang jelas Adit mengetahui kalau gadis yang di cintainya ini tak lagi merindukkannya, Nia malah melambungkan ingatannya kepada masa lalunya. Itu yang terbaca oleh Adit sehingga Nia akhir-akhir ini berubah.
Nia sudah kembali keruangannya, dan si susul Adit dari belakang. Tak peduli perasaan Nia, adit menyuruh teman-teman Nia untuk tinggalkan mereka berdua di dalam ruangan. Tanpa kata apapun mereka langsung keluar dari ruangan itu. Kini tinggallah Adit dan Nia di dalam.
Aku Cuma bertanya satu hal, apa kamu masih mencintaiku? Tanya Adit yang membuat Nia kaget.
Kenapa kamu bertanya seperti itu? Nia malah balik tanya. Kalau kamu masih merasa aku cintai, berarti tidak perlu pertanyaan itu kamu lontarkan. Sambung Nia dengan nada berat.
Nia… kata Adit sambil memegang kedua tangan Nia dan menatapnya tajam, seolah akan memberi pesan. Jika kamu masih mencintai aku, tentu kamu tidak bersikap dingin seperti ini padaku. Aku…merasa kamu telah berubah. Kata Adit menjelaskan apa yang di rasakannya. Namun belum selesai Adit bicara
Siapa yang berubah? Kamu mungkin yang berubah. Sudah! jangan ganggu aku dulu. Aku lagi sibuk. Kata Nia sambil melepaskan tangan Adit , dan hendak berlalu pergi. Tapi Adit masih sempat menahannya.
Nia..! Kata Adit dengan sedikit keras. Kamu telah membohongi aku selama ini Kata Adit dengan nada perih.
Apa yang aku bohongi dari kamu? Tanya Nia dengan nada marah.
Ya..kamu telah bohongi aku selama ini, kamu pura-pura cinta sama aku, memberi harapan buat aku untuk kita menjalin lagi cinta yang dulu retak Kata Adit dengan penuh emosi. Kamu bilang dia teman kamu, dan telah menjadi kebiasaannya memanggil kamu sayang, tapi ternyata dia adalah orang spesial dihati kamu, kenapa kamu lakukan ini padaku, apa salah aku padahal aku mencintai kamu juga sepenuh hatiku? aku baca semua sms kamu Kata Adit dengan cukup tempramen.
Saat itu mereka larut dalam pertengakaran. Nia berusaha mebela dirinya kalau Nia tidak punya orang lain selain Adit, tapi karena Adit telah membaca melalui sms, Nia terdiam dan tak banyak bicara. Yah, memang Nia telah berubah, dia lebih merindukan sosok masa lalunya yang telah hidup dengan keluarga barunya dari pada Adit yang ada di dekatnya. Hingga akhirnya Nia juga mengaku, kalau orang itu adalah masa lalunya, namun yang tak mau di akuinya didepan Adit kalau Nia masih mencinyainya. Memang sakit rasanya ketika cinta terkhianati.
Nia., apa kamu masih mencintainya? Tanya Adit dengan hati yang getir. Nia tak menjawab sepatah kata pun.
Jika kamu masih mencintainya, kembalilah ke dia dan biarkanlah aku hati Adit terbakar amarah dan perih karena sakit hati. Hanya beberapa kalimat saja Adit bicara lalu pergi dengan penuh rasa kecewa.
Ternyata kamu bukan matahari seperti yang kamu bilang Nia, sekalipun kamu jadi matahari, kamu hanya mampu membakar, bukan menerangi. Karena hatimu penuh dusta. Kata Adit kemudian pergi berlalu.
Dalam kekecewaannya Adit telah memaki Nia, dan menganggap Nia manusia paling rendah di muka bumi. Kata-katanya manis membuat harapan Adit kembali bersemi. Namun bunga-bunga cinta yang di tanam Adit layu sebelum berkembang, hanya karena ada dusta diantara mereka.
Nia, kamu pendusta. Kata cinta dari lidahmu hanyalah simbol pengisi waktu luangmu saja. Wanita baikkah kamu, seperti yang aku kenal? Yang begitu tulus, tapi dalam manisnya madu yang enkau beri, ada duri di dalamnya, sehingga menoreh luka dihatiku. Kata Adit dalam sedih dan kecewanya.
Nia, wanita baikkah kamu, disini engkau biarkan dirimu larut dalam dekapanku, tapi hatimu telah tertuju pada yang lain. Gumam Adit yang masih larut dalam sedih dan kecewanya. Hingga ia pulang kerumahnya hatinya masih sakit. Dan sakit itu telah menggerogoti jantungnya hingga malam tiba.
Dalam keheningan malam, Adit mencoba merenungi nasibnya, tak sadar air matanya mengalir di pipinya. Melihat foto Nia menghiasi meja kerja di kamarnya hatinya makin sakit.
Ya Allah…Maha Suci Engkau yang telah memberi aku kehidupan, dan cinta yang Engkau pancarkan di hatiku. Ya, Allah. Segala apa yang terjadi di hidupku adalah dalam gerak tanganmu ya Allah, aku mohon perlindungan, semoga aku mampu melewati cobaan demi cobaan hidupku. Adit larut dalam doanya.
Ya, Allah. Engkau Maha Mengetahui segalanya antara aku dan Nia, mungkin aku salah bersikap ke dia sehingga dia berpaling dariku. Ya, Allah. Walau aku sakit hati pada Nia, tapi aku ikhlas memaafkannya, aku ikhlas dia tak mencintaiku semoga ada kebagaiaan untuknya. Tapi aku bangga, aku mampu mencintainya sampai kapan pun. Sadarkan dia ya Allah, dan berilah dia petunjuk.
Bimbinglah dia dan tuntunlah dia ke jalan yang benar, jalan yang engkau ridhoi. Dalam suasana sakit hati pun Adit masih mampu mendoakan Nia, padahal Nia telah membuatnya kecewa. Hingga larut malam Adit masih larut dengan doanya, mendoakan Nia agar bahagia dengan pilihan hatinya.
Esok harinya, matahari terbit dengan cerah, hati Adit masih luka, namun dia berusaha tidak memikirkan itu lagi. Karena hatinya telah rela memaafkan Nia yang kini hatinya telah selinggkuh.
Selesai..

1 komentar:


  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus